Persiapkan Diri Menyambut Ramadhan [ sesi 1 ]
Ramadhan 1434 H

Wahai kaum muslimin, hendaknya kita
mengetahui bahwa salah satu nikmat yang
banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai
adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita
di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini
menyadari tingginya tumpukan dosa yang
menggunung, maka pastilah kita sangat berharap
untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan
mereguk berbagai manfaat di dalamnya.
Bersyukurlah atas nikmat ini. Betapa Allah ta’ala
senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang
tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan
dan menunda kematian kita sampai bisa
berjumpa kembali dengan Ramadhan.
Ketidaksiapan yang Berbuah
Pahit
Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah
memaparkan dua perkara yang wajib kita
waspadai. Salah satunya adalah [ﺍَﻟﺘَّﻬَﺎﻭُﻥُ
ﺑِﺎﻟْﺄَﻣْﺮِ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﻀَﺮَ ﻭَﻗْﺘُﻪُ ], yaitu kewajiban telah
datang tetapi kita tidak siap untuk
menjalankannya. Ketidaksiapan tersebut salah
satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya
pun sangat besar, yaitu kelemahan untuk
menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang
dari ridha-Nya. Kedua dampak tersebut
merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam
menjalankan kewajiban yang telah nampak di
depan mata.[1]
Abu Bakr Az Zur’i menyitir firman Allah ta’ala
berikut
ﻓَﺈِﻥْ ﺭَﺟَﻌَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻃَﺎﺋِﻔَﺔٍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻓَﺎﺳْﺘَﺄْﺫَﻧُﻮﻙَ
ﻟِﻠْﺨُﺮُﻭﺝِ ﻓَﻘُﻞْ ﻟَﻦْ ﺗَﺨْﺮُﺟُﻮﺍ ﻣَﻌِﻲَ ﺃَﺑَﺪًﺍ ﻭَﻟَﻦْ ﺗُﻘَﺎﺗِﻠُﻮﺍ
ﻣَﻌِﻲَ ﻋَﺪُﻭًّﺍ ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﺭَﺿِﻴﺘُﻢْ ﺑِﺎﻟْﻘُﻌُﻮﺩِ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺮَّﺓٍ
ﻓَﺎﻗْﻌُﺪُﻭﺍ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﻔِﻴﻦَ )٨٣ )
“Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu
golongan dari mereka, kemudian mereka minta
izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang),
Maka katakanlah: “Kamu tidak boleh keluar
bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh
memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya
kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang
pertama. karena itu duduklah bersama orang-
orang yang tidak ikut berperang.” (At Taubah: 83).
Renungilah ayat di atas baik-baik! Ketahuilah, Allah
ta’ala tidak menyukai keberangkatan mereka dan
Dia lemahkan mereka, karena tidak ada persiapan
dan niat mereka yang tidak lurus lagi. Namun, bila
seorang bersiap untuk menunaikan suatu amal
dan ia bangkit menghadap Allah dengan kerelaan
hati, maka Allah terlalu mulia untuk menolak
hamba yang datang menghadap-Nya. Berhati-
hatilah dari mengalami nasib menjadi orang yang
tidak layak menjalankan perintah Allah ta’ala yang
penuh berkah. Seringnya kita mengikuti hawa
nafsu, akan menyebabkan kita tertimpa hukuman
berupa tertutupnya hati dari hidayah.
Allah ta’ala berfirman,
ﻭَﻧُﻘَﻠِّﺐُ ﺃَﻓْﺌِﺪَﺗَﻬُﻢْ ﻭَﺃَﺑْﺼَﺎﺭَﻫُﻢْ ﻛَﻤَﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﺍ ﺑِﻪِ
ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺮَّﺓٍ ﻭَﻧَﺬَﺭُﻫُﻢْ ﻓِﻲ ﻃُﻐْﻴَﺎﻧِﻬِﻢْ ﻳَﻌْﻤَﻬُﻮﻥَ )١١٠ )
“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan
penglihatan mereka seperti mereka belum pernah
beriman kepadanya (Al Quran) pada
permulaannya, dan Kami biarkan mereka
bergelimang dalam kesesatannya yang
sangat.” (Al An’am: 110).
Persiapkan Amal Shalih dalam
Menyambut Ramadhan
Bila kita menginginkan kebebasan dari neraka di
bulan Ramadhan dan ingin diterima amalnya
serta dihapus segala dosanya, maka harus ada
bekal yang dipersiapkan.
Allah ta’ala berfirman,
ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﺭَﺍﺩُﻭﺍ ﺍﻟْﺨُﺮُﻭﺝَ ﻷﻋَﺪُّﻭﺍ ﻟَﻪُ ﻋُﺪَّﺓً ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻛَﺮِﻩَ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻧْﺒِﻌَﺎﺛَﻬُﻢْ ﻓَﺜَﺒَّﻄَﻬُﻢْ ﻭَﻗِﻴﻞَ ﺍﻗْﻌُﺪُﻭﺍ ﻣَﻊَ
ﺍﻟْﻘَﺎﻋِﺪِﻳﻦَ )٤٦ )
“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka
menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu,
tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan
mereka, maka Allah melemahkan keinginan
mereka. dan dikatakan kepada mereka:
“Tinggallah kamu bersama orang-orang yang
tinggal itu.” (At Taubah: 46).
Harus ada persiapan! Dengan demikian,
tersingkaplah ketidakjujuran orang-orang yang
tidak mempersiapkan bekal untuk berangkat
menyambut Ramadhan. Oleh sebab itu, dalam
ayat di atas mereka dihukum dengan berbagai
bentuk kelemahan dan kehinaan disebabkan
keengganan mereka untuk melakukan persiapan.
Sebagai persiapan menyambut Ramadhan,
Rasulullah memperbanyak puasa di bulan
Sya’ban. ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata,
ﻭَﻟَﻢْ ﺃَﺭَﻩُ ﺻَﺎﺋِﻤًﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻬْﺮٍ ﻗَﻂُّ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣِﻦْ ﺻِﻴَﺎﻣِﻪِ ﻣِﻦْ
ﺷَﻌْﺒَﺎﻥَ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺼُﻮﻡُ ﺷَﻌْﺒَﺎﻥَ ﻛُﻠَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺼُﻮﻡُ ﺷَﻌْﺒَﺎﻥَ ﺇِﻻَّ
ﻗَﻠِﻴﻼً
“Saya sama sekali belum pernah melihat
rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa
dalam satu bulan sebanyak puasa yang beliau
lakukan di bulan Sya’ban, di dalamnya beliau
berpuasa sebulan penuh.” Dalam riwayat lain,
“Beliau berpuasa di bulan Sya’ban, kecuali sedikit
hari.”[2]
Beliau tidak terlihat lebih banyak berpuasa di satu
bulan melebihi puasanya di bulan Sya’ban, dan
beliau tidak menyempurnakan puasa sebulan
penuh kecuali di bulan Ramadhan.
Generasi emas umat ini, generasi salafush shalih,
meeka selalu mempersiapkan diri menyambut
Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sebagian
ulama salaf mengatakan,
ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺒَﻠِّﻐَﻬُﻢْ ﺷَﻬْﺮَ
ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻠَﻪُ
ﻣِﻨْﻬُﻢْ
”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah
selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai
bulan Ramadlan.”[3]
Tindakan mereka ini merupakan perwujudan
kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan,
permohonan dan bentuk ketawakkalan mereka
kepada-Nya. Tentunya, mereka tidak hanya
berdo’a, namun persiapan menyambut
Ramadhan mereka iringi dengan berbagai amal
ibadah.
Back to posts
Post a comment
by JN1 WAPPersiapkan Diri Menyambut Ramadhan [ sesi 1 ]
Wahai kaum muslimin, hendaknya kita mengetahui bahwa salah satu nikmat yang banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya.
Bersyukurlah atas nikmat ini. Betapa Allah ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan.
Ketidaksiapan yang Berbuah Pahit
Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita waspadai. Salah satunya adalah [ﺍَﻟﺘَّﻬَﺎﻭُﻥُ ﺑِﺎﻟْﺄَﻣْﺮِ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﻀَﺮَ ﻭَﻗْﺘُﻪُ ], yaitu kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya. Ketidaksiapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya pun sangat besar, yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridha-Nya. Kedua dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata.[1]
Abu Bakr Az Zur’i menyitir firman Allah ta’ala berikut
ﻓَﺈِﻥْ ﺭَﺟَﻌَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻃَﺎﺋِﻔَﺔٍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻓَﺎﺳْﺘَﺄْﺫَﻧُﻮﻙَ ﻟِﻠْﺨُﺮُﻭﺝِ ﻓَﻘُﻞْ ﻟَﻦْ ﺗَﺨْﺮُﺟُﻮﺍ ﻣَﻌِﻲَ ﺃَﺑَﺪًﺍ ﻭَﻟَﻦْ ﺗُﻘَﺎﺗِﻠُﻮﺍ ﻣَﻌِﻲَ ﻋَﺪُﻭًّﺍ ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﺭَﺿِﻴﺘُﻢْ ﺑِﺎﻟْﻘُﻌُﻮﺩِ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺮَّﺓٍ ﻓَﺎﻗْﻌُﺪُﻭﺍ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﻔِﻴﻦَ )٨٣ ) “Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), Maka katakanlah: “Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. karena itu duduklah bersama orang- orang yang tidak ikut berperang.” (At Taubah: 83).
Renungilah ayat di atas baik-baik! Ketahuilah, Allah ta’ala tidak menyukai keberangkatan mereka dan Dia lemahkan mereka, karena tidak ada persiapan dan niat mereka yang tidak lurus lagi. Namun, bila seorang bersiap untuk menunaikan suatu amal dan ia bangkit menghadap Allah dengan kerelaan hati, maka Allah terlalu mulia untuk menolak hamba yang datang menghadap-Nya. Berhati- hatilah dari mengalami nasib menjadi orang yang tidak layak menjalankan perintah Allah ta’ala yang penuh berkah. Seringnya kita mengikuti hawa nafsu, akan menyebabkan kita tertimpa hukuman berupa tertutupnya hati dari hidayah.
Allah ta’ala berfirman,
ﻭَﻧُﻘَﻠِّﺐُ ﺃَﻓْﺌِﺪَﺗَﻬُﻢْ ﻭَﺃَﺑْﺼَﺎﺭَﻫُﻢْ ﻛَﻤَﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﺍ ﺑِﻪِ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺮَّﺓٍ ﻭَﻧَﺬَﺭُﻫُﻢْ ﻓِﻲ ﻃُﻐْﻴَﺎﻧِﻬِﻢْ ﻳَﻌْﻤَﻬُﻮﻥَ )١١٠ ) “Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Al An’am: 110).
Persiapkan Amal Shalih dalam Menyambut Ramadhan
Bila kita menginginkan kebebasan dari neraka di bulan Ramadhan dan ingin diterima amalnya serta dihapus segala dosanya, maka harus ada bekal yang dipersiapkan.
Allah ta’ala berfirman,
ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﺭَﺍﺩُﻭﺍ ﺍﻟْﺨُﺮُﻭﺝَ ﻷﻋَﺪُّﻭﺍ ﻟَﻪُ ﻋُﺪَّﺓً ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻛَﺮِﻩَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻧْﺒِﻌَﺎﺛَﻬُﻢْ ﻓَﺜَﺒَّﻄَﻬُﻢْ ﻭَﻗِﻴﻞَ ﺍﻗْﻌُﺪُﻭﺍ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﻘَﺎﻋِﺪِﻳﻦَ )٤٦ ) “Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (At Taubah: 46).
Harus ada persiapan! Dengan demikian, tersingkaplah ketidakjujuran orang-orang yang tidak mempersiapkan bekal untuk berangkat menyambut Ramadhan. Oleh sebab itu, dalam ayat di atas mereka dihukum dengan berbagai bentuk kelemahan dan kehinaan disebabkan keengganan mereka untuk melakukan persiapan.
Sebagai persiapan menyambut Ramadhan, Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata, ﻭَﻟَﻢْ ﺃَﺭَﻩُ ﺻَﺎﺋِﻤًﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻬْﺮٍ ﻗَﻂُّ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣِﻦْ ﺻِﻴَﺎﻣِﻪِ ﻣِﻦْ ﺷَﻌْﺒَﺎﻥَ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺼُﻮﻡُ ﺷَﻌْﺒَﺎﻥَ ﻛُﻠَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺼُﻮﻡُ ﺷَﻌْﺒَﺎﻥَ ﺇِﻻَّ ﻗَﻠِﻴﻼً “Saya sama sekali belum pernah melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dalam satu bulan sebanyak puasa yang beliau lakukan di bulan Sya’ban, di dalamnya beliau berpuasa sebulan penuh.” Dalam riwayat lain, “Beliau berpuasa di bulan Sya’ban, kecuali sedikit hari.”[2]
Beliau tidak terlihat lebih banyak berpuasa di satu bulan melebihi puasanya di bulan Sya’ban, dan beliau tidak menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Generasi emas umat ini, generasi salafush shalih, meeka selalu mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sebagian ulama salaf mengatakan, ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺒَﻠِّﻐَﻬُﻢْ ﺷَﻬْﺮَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻠَﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan.”[3]
Tindakan mereka ini merupakan perwujudan kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan, permohonan dan bentuk ketawakkalan mereka kepada-Nya. Tentunya, mereka tidak hanya berdo’a, namun persiapan menyambut Ramadhan mereka iringi dengan berbagai amal ibadah.
Estrace 1mg Tablets Propecia Topical Thinning Hair canadian pharmacy cialis 20mg Canadian Pharcharmy
DISTAFABAND - Free mp3 Download Lagu Gratis >>> http://distafaband.wapka.mobi